BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latarbelakang
Bahasa
Indonesia memiliki banyak sekali peranan. Diantaranya adalah dipakai sebagai
salah satu alat untuk mempersatukan tiap-tiap suku yang ada, karena di
Indonesia terdapat banyak sekali suku dimana tiap suku memiliki bahasa daerah
yang berbeda-beda.. Dalam kehidupan sehari-hari mulai dari interaksi
intrapersonal, interpersonal, maupun yang meluas pada kehidupan berbangsa dan
bertanah air, bahasa memegang peran utama. Peran tersebut meliputi bagaimana
proses mulai dari tingkat individu hingga suatu masyarakat yang luas memahami
diri dan lingkungannya. Sehingga pada saat inilah fungsi bahasa secara umum,
yaitu sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan
integrasi dan adaptasi sosial, memberikan perannya.
Selain itu
bahasa Indonesia juga turut ambil bagian dalam upaya mencerdaskan bangsa. Di
Indonesia kesepakatan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai alat untuk
mempersatukan suku-suku telah ada sejak adanya Sumpah Pemuda. Namaun seiring
berkembangnya jaman penggunaan bahasa Indonesia semakin bercampur aduk yang
terkadang mengkombinasikan bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Bahasa Indonesia juga tak kalah
pentingnya dalam dunia jurnalistik. Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang
digunakan oleh pewarta atau media massa untuk menyampaikan informasi. Bahasa
dengan ciri-ciri khas yang memudahkan penyampaian berita dan komunikatif.
Selama ini masih banyak orang yang menganggap bahasa jurnalistik sebagai
perusak terbesar bahasa Indonesia. Mereka menganggap bahasa jurnalistik sebagai
bahasa lain yang tidak pantas dilirik. Padahal penggunaan bahasa yang baik dan
benar sangat penting. Bahasa yang baik dan benar tidak memerlukan kata yang
terlalu bertele-tele. Oleh karena itu, bahasa yang baik dan benar dapat
diterapkan dalam keidupan sehari-hari agar interaksi antar sesama maupun
kelompok dapat terjalin hubungan yang baik dan benar.
2.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Apa Fungsi dan Peranan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Sehari-hari ?
2.
Apa Makna Bahasa Indonesia dalam
Kehidupan Sehari Hari ?
3.
Apakah Bahasa Mempengaruhi Perilaku
Manusia ?
4.
Bagaimana Bahasa Indonesia Yang Baik dan
Benar ?
3.
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Fungsi dan Peranan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Sehari-hari.
2.
Untuk Mengetahui Apa makna Bahasa Indonesia dalam
Kehidupan Sehari Hari.
3.
Untuk Mengetahui Bahasa Mempengaruhi Perilaku
Manusia.
4.
Untuk Mengetahui Bahasa Indonesia Yang Baik dan
Benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi dan Peranan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Sehari-hari
Pada dasarnya,
bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan
seseorang, yakni sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi
sosial dalam lingkungan. Bahasa
Indonesia adalah alat pemersatu bangsa Indonesia yang memiliki banyak
perbedaan, baik dari segi suku, agama, ras, adat istiadat dan budaya yang
masing-masing memiliki bahasa daerah tersendiri. Oleh karena itu, keberadaan
bahasa Indonesia sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia itu sendiri.
Bahasa Indonesia merupakan penunjang aktivitas masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki
peranan yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari
kegunaan bahasa sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan
bermasyarakat, tanpa bahasa mungkin dunia ini tidak akan seperti sekarang ini
dan karena manusia tidak bisa melakukan apa-apa tanpa bahasa. Untuk
berkomunikasi dengan seseorang kita pasti menggunakan bahasa, contoh seorang
dosen yang menyampaikan materi kuliah, seorang guru yang menyampaikan
pelajaran, seorang pedagang yang
menawarkan dagangannya, seorang atasan yang memberikan perintah kepada
bawahannya, dan banyak lagi contoh lainnya, dan pasti itu semua menggunakan
bahasa dalam melakukan aktivitasnya.
Bahasa Indonesia tidak saja bermanfaat
sebagai bahasa perantara dan bahasa resmi, tetapi juga berfungsi sebagai sarana
pemersatu bangsa. Sebagai sarana pemersatu dan alat yang digunakan masyarakat
Indonesi untuk melakukan interaksi sosial, bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang memiliki peranan vital untuk menumbuhkan rasa persatuan antara masyarakat
Indonesia. Bahasa Indonesia telah berhasil mempersatukan beragam suku di
Indonesia yang biasanya bertutur dengan bahasa daerahnya masing-masing. Dengan
demikian, sekiranya dapat dikatakan pula bahwa bahasa Indonesia merupakan salah
satu aspek yang memiliki pengaruh terhadap kondisi sosial maupun politik bangsa
Indonesia.
Dalam aspek kehidupan sosial, bahasa
Indonesia juga memiliki peranan yang sangat vital dalam rangka menyelesaikan
persoalan-persoalan sosial masyarakat. Dewasa ini, kita sering dihadapkan
dengan masalah-maslah sosial. Perbedaan suku, ras, golongan, dan agama sering
menjadi pemicu terjadinya pertikaian atupun hanya karena kesalahpahaman semata.
Adapun bahasa Indonesia sebagai alat
pemersatu bangsa merupakan salah satu solusi yang cukup efektif untuk
menyelesaikan beberapa masalah sosial dewasa ini. Hal tersebut karena bahasa
Indonesia dapat digunakan sebagai alat kontrol sosial sesuai dengan fungsi
bahasa itu sendiri. Dalam hal ini, bahasa merupakan alat yang dipergunakan
dalam usaha mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain karena
bahasa memang pada dasarnya mampu mempengaruhi sikap seseorang dan juga
mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi masyarakat.
Sebagai bahasa nasional dan bahasa
persatuan bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia juga memiliki kedudukan yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia mampu
mempersatukan bangsa Indonesia yang secara konkrit terdiri dari beragam suku
maupun etnis yang masing-masing memiliki bahasa daerah tersendiri. Oleh karena
itu, bahasa Indonesia merupakan salah satu solusi yang cukup efektif dalam
menyelesaikan masalah-masalah sosial dan politik yang sekiranya sering kita
temui dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu disebabkan karena bahasa
Indonesia merupakan wahana pemersatu dan juga dapat berfungsi sebagai alat
kontrol sosial. Selain itu, bahasa Indonesia juga mampu mempengaruhi tingkah
laku bangsa Indonesia sebagai penutur karena sejatinya bahasa memang mampu
mempengaruhi sikap seseorang.
Kalau kita
cermati, sebenarnya ada satu lagi fungsi bahasa yang selama ini kurang disadari
oleh sebagian anggota masyarakat, yaitu sebagai alat untuk berpikir. Seperti kita ketahui, ilmu tentang cara berpikir adalah logika. Dalam
proses berpikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep,
proposisi, dan simpulan. Segala kegiatan yang menyangkut penghitungan atau
kalkulasi, pembahasan atau analisis, bahkan berangan-angan atau berkhayal,
hanya dimungkinkan berlangsung melalui proses berpikir disertai alatnya yang
tidak lain adalah bahasa.
Sejalan dengan uraian di atas dapat
diformulasikan bahwa makin tinggi kemampuan berbahasa seseorang, makin tinggi pula
kemampuan berpikirnya. Makin teratur bahasa seseorang, maka makin teratur pula
cara berpikirnya. Dengan berpegangan pada formula itulah, dapat dikatakan bahwa
seseorang tidak mungkin menjadi intelektual tanpa menguasai bahasa. Seorang
intelektual pasti berpikir, dan proses berpikir pasti memerlukan bahasa.
2.2 Makna Bahasa Indonesia dalam
Kehidupan Sehari Hari
Dalam
berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah
bahasa baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada
bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami
dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai
bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang
tidak disadari.
Komunikasi
lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti
berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan
bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut
untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu,
kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan
bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau
istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes,
sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan
tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui
bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan
tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi
bahasa.
Pada dasarnya,
bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan
seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk
berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial
dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan
kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).
Derasnya arus
globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan
pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa
Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas,
baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara
tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua
produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia,
yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Menurut
Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak
dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur
budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai
akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan
sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat
berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa
sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam
menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Hasil
pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang
digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan
menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa
Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di
dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
2.3 Bahasa Mempengaruhi Perilaku
Manusia
Menurut
Sabriani (1963), mempertanyakan bahwa apakah bahasa mempengaruhi perilaku
manusia atau tidak? Sebenarnya ada variabel lain yang berada diantara variabel
bahasa dan perilaku. Variabel tersebut adalah variabel realita. Jika hal ini
benar, maka terbukalah peluang bahwa belum tentu bahasa yang mempengaruhi
perilaku manusia, bisa jadi realita atau keduanya.
Kehadiran
realita dan hubungannya dengan variabel lain, yakni bahasa dan perilaku, perlu
dibuktikan kebenarannya. Selain itu, perlu juga dicermati bahwa istilah
perilaku menyiratkan penutur. Istilah perilaku merujuk ke perilaku penutur
bahasa, yang dalam artian komunikasi mencakup pendengar, pembaca, pembicara,
dan penulis.
a.
Bahasa dan Realita
Fodor (1974) mengatakan bahwa bahasa adalah
sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan sistem simbol adalah hubungan
simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan
sistem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi
ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang
dimaksud. Dalam bahasa Indonesia kata cecak memiliki hubungan kausal dengan
referennya atau binatangnya. Artinya, binatang itu disebut cecak karena
suaranya kedengaran seperti cak-cak-cak. Oleh karena itu kata cecak disebut
tanda bukan simbol. Lebih lanjut Fodor mengatakan bahwa problema bahasa adalah
problema makna. Sebenarnya, tidak semua ahli bahasa membedakan antara simbol
dan tanda. Richards (1985) menyebut kata table sebagai tanda meskipun tidak ada
hubungan kausal antara objek (benda) yang dilambangkan kata itu dengan kata
table.
Dari uraian di atas dapat ditangkap bahwa
salah satu cara mengungkapkan makna adalah dengan bahasa, dan masih banyak cara
yang lain yang dapat dipergunakan. Namun sejauh ini, apa makna dari makna, atau
apa yang dimaksud dengan makna belum jelas. Bolinger (1981) menyatakan bahwa
bahasa memiliki sistem fonem, yang terbentuk dari distinctive features bunyi,
sistem morfem dan sintaksis. Untuk mengungkapkan makna bahasa harus berhubungan
dengan dunia luar. Yang dimaksud dengan dunia luar adalah dunia di luar bahasa
termasuk dunia dalam diri penutur bahasa. Dunia dalam pengertian seperti inilah
disebut realita.
Penjelasan Bolinger (1981) tersebut
menunjukkan bahwa makna adalah hubungan antara realita dan bahasa. Sementara
realita mencakup segala sesuatu yang berada di luar bahasa. Realita itu mungkin
terwujud dalam bentuk abstraksi bahasa, karena tidak ada bahasa tanpa makna.
Sementara makna adalah hasil hubungan bahasa dan realita.
b.
Bahasa dan perilaku
Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam
bahasa selalu tersirat realita. Sementara perilaku selalu merujuk pada pelaku
komunikasi. Komunikasi bisa terjadi jika proses decoding dan encoding berjalan
dengan baik. Kedua proses ini dapat berjalan dengan baik jika baik encoder
maupun decoder sama-sama memiliki pengetahuan dunia dan pengetahuan bahasa yang
sama. (Omaggio, 1986).
Dengan memakai pengertian yang diberikan oleh
Bolinger(1981) tentang realita, pengetahuan dunia dapat diartikan identik
dengan pengetahuan realita. Bagaimana manusia memperoleh bahasa dapat
dijelaskan dengan teori-teori pemerolehan bahasa. Sedangkan pemerolehan
pengetahuan dunia (realita) atau proses penghubungan bahasa dan realita pada
prinsipnya sama, yakni manusia memperoleh representasi mental realita melalui
pengalaman yang langsung atau melalui pemberitahuan orang lain. Misalnya
seseorang menyaksikan sebuah kecelakaan terjadi, orang tersebut akan memiliki
representasi mental tentang kecelakaan tersebut dari orang yang langsung
menyaksikannya juga akan membentuk representasi mental tentang kecelakaan tadi.
Hanya saja terjadi perbedaan representasi mental pada kedua orang itu.
c.
Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat
efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada
masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan
melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu
contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh
penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah
atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi
atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan
masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa
sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang
memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru,
perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak
dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol
sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah.
Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa
marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan.
Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita
dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.
d.
Bahasa sebagai Alat Integrasi dan
Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur
kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman
mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta
belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien
melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap
orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya,
serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh
mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.
Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan
masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi
sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi
sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan
memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang
kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda.
Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan
menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita
juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya,
pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang
sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur
orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing,
pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang
Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang
pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita
salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan
menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri
dengan bangsa tersebut.
2.4 Bahasa Indonesia Yang Baik dan
Benar
Bahasa bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu
bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa
perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku.
Ungkapan
“Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita tentu sudah sering
mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya adalah pengertian apa
yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar ungkapan tersebut? Apakah
sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang
baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar?
Penggunaan
bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa
kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada
siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur,
pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak
sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil
dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa
untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak
dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai jembatan,
misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang
dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa
tentu jauh berbeda.
Lebih lanjut lagi, karena berkaitan
dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni
pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan.
Mengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada
penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang
digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan
adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah
media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima
pesan. Oleh karena itu,
Bahasa yang baik dan benar dapat diterapkan dalam keidupan sehari-hari agar
interaksi antar sesama maupun kelompok dapat terjalin hubungan yang baik dan
benar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan salah satu faktor
pendukung kemajuan suatu bangsa karena bahasa merupakan sarana untuk membuka
wawasan bangsa terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi-teknologi yang
berkembang. Dengan kata lain,
bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan mengembangkan pengetahuan.
Kemampuan
berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan
kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang
pokok. Tanpa penguasaan tata
bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang ilmuan untuk
mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat
komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, di mana kejelasan
kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.
3.2 Saran
Oleh karena
itu sebagai warga Indonesia yang baik, saya harus tetap belajar menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar yang selama ini saya sudah banyak lupa
bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang benar. Kita juga patut bangga
mempunyai bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa, oleh karenanya kita
tidak boleh membuat bahasa Indonesia menjadi luntur dalam penggunaannya
walaupun kita juga tidak boleh melupakan bahasa daerah kita karena itu
merupakan warisan budaya bangsa kita. Artinya walaupun dalam pergaulan
sehari-hari kita menggunakan bahasa daerah atau gaul tetapi di dalam situasi
yang resmi seperti dalam dunia pendidikan dan lain sebagainya kita harus tetap
tahu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
http://sugiartha26.wordpress.com/2012/10/06/fungsi-dan-peranan-bahasa-indonesia-dalam-kegiatan-sehari-hari/
http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa
http://kafeilmu.com/2010/12/pengertian-ragam-dan-fungsi-bahasa-indonesia.html






0 komentar:
Posting Komentar