BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa besar
tingkat kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki suatu bangsa. Sumber daya
manusia ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat. Salah
satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam perkembangan pendidikan adalah
kemampuan dan kompetensi guru. Guru merupakan pilar utama dalam meningkatakan
kualitas pendidikan. Olehnya itu seorang guru dituntut untuk selalu berusaha
meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Istilah kompetensi berhubungan dengan
dunia pekerjaan. Kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu (Rustyah,
1982). Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak.
Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebaai kemampuan melaksanakan tugas yang
diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan (Herry, 1998).
Dalam beberapa pekan ini, berbagai media menyorot
program sertifikasi guru yang sedang dilakukan pemerintah. Merujuk pada
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, program ini bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan guru meningkatkan mutu pendidikan. Banyak yang
menyorot berbagai kemungkinan “permainan” dalam program yang pelaksanaannya
secara hukum berlandaskan pada Peraturan Mendiknas No 18/2007 tersebut. Dugaan
negatif semacam itu pada satu sisi tampak seperti sebentuk rasa cemas bahwa
tujuan program sertifikasi itu tidak cukup mudah untuk dapat terwujud
sepenuhnya.
Dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan
sedikit tentang bagaimana pendidikan dan profesi guru di beberapa negara yakni
Finlandia, Singapura,Cina, dan Jepang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar
belakang diatas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengembangan profesi di Negara Finlandia ?
2. Bagaimana pengembangan profesi di Negara Singapura ?
3. Bagaimana pengembangan profesi di negara Cina ?
4. Bagaimana pengembangan profesi di negara Jepang ?
C. Tujuan Penyusunan
Adapun
Tujuan penulisan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
- Untuk
mengetahui pengembangan profesi di negara Finlandia.
- Untuk
mengetahui pengembangan profesi di negara Singapura
- Untuk
mengetahui pengembangan profesi di negara Cina
- Untuk
mengetahui pengembangan profesi di negara Jepang
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian profesi
Secara harfiah kata profesi berasal
dari kata profession (Inggris) yang berasal dari bahasa bahasa latin profesus
yang berarti “Mampu atau dalam suatu bentuk pekerjaan”(Sanusi,1987: 18).
Sedangkan menurut Vollmer dan Mill yang dikutip Peter Jarvis (1983:21)
pengertian profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi
intelektual dan latihan yang khusus, tujuanya untuk menyediakan pelayanan
keterampilan atau advice terhadap yang lain dengan bayaran atau upah
tertentu (a profession may perhaps be defined as an occupation based upon
specialized intellectual study and training, the purpose of wich is to supply
skilled service or advice to other for a definite fee or salary)
Dari perspektif sosiologis, proesi
adalah suatu pekerjaan yang mengatur dirinya melalui suatu latihan wajib dan
sistematis dan disiplin kesejawatan, yang didasarkan atas pengetahuan teknis
yang spesialis, dimiliki orientasi pelayanan dan bukan keuntungan serta
dijnjung tinggi melelui kode etiknya.
Dari beberapa uraian diatas , proesi
dapat diartikan sbagai suatu pekerjan atau jabatan yang menuntut keahlian, yang
didapat melalui pendidikan dan latihan tertentu, menurut persyaratan khusus,
memiliki tanggungjawab dan kode etik tertentu pula.
Adapun ciri atau karakter profesi
yaitu:
a. Profesi membutuhkan waktu pendidikan
dan latihan yang khusus dan memadai
b. Suatu pekerjaan yang khas dengan
keahlian dan ketrampilan tertentu
c. Menurut kemempuan kinerja
intelektual
d. Mempunyai konsekuensi memikul
tanggung jawab pribadi secara penuh
e. Kinerja lebih mengutamakan pelayanan
daripada imbalan ekonomi
f. Ada sanksi jika terdapat pelanggaran
g. Memiliki kebebasan untuk memberikan
judgment
h. Ada pengakuan dari masyarakat
i.
Memiliki kode etik dan asosiasi professional
B. Pengertian guru profesional
Guru profeesional yaitu guru yang
tahu mendaalam tentang apa yang diajarkan, mampu mengajarkanya saecara efektiv,
efisien dan berkepribadian mantap. Guru yang bermoral tinggi dan beriman
tingkah lakunya digerakkan oleh nilai-nilai luhur.
Menurut Syah (1955) merinci
kompetensi profesional guru menjadi 3 aspek yaitu :
a) Kompetensi koognitif
Yaitu meliputi penguasaan terhadap
pengetahuan kependidikan, pengetahuan materi bidang studi yang diajarakan, dan
kemmpuan mentransfer pengetahuan kepada para siswa agar dapat belajar secara
efektif dan efisien.
b) Kompetensi afektif
Yaitu sikap dan perasaan diri yang
berkaitan dengan profesi keguruan, yang meliputi self concept, self
efficacy, attitude of self-acceptance dan pandangan guru terhadap kualitas
dirinya.
c) Kompetensi psikomotorik
Yaitu kecakapan fisik umum dan
khusus seperti ekspresi verbal dan nonverbal.
C. Model Pengembangan Guru
Castetter
menyampaikan lima model pengembangan untuk guru sebagaimana dikutip oleh Udin
Syaepudin Saud, seperti pada tabel berikut ini:
|
Model Pengembangan Guru
|
Keterangan
|
|
Individual Guided Staff
Development
(Pengembangan Guru Yang Dipandu Secara Individu)
|
Para guru dapat menilai kebutuhan
mengajar mereka dan mampu belajar aktif serta mengarahkan diri sendiri. Para
guru harus dimotivasi saat menyeleksi tujuan belajar berdasar penilaian
personil dari kebutuhan mereka.
|
|
Observation/Assessment
(Observasi atau Penilaian)
|
Observasi dan penilaian dari
instruksi menyediakan guru dengan data yang dapat direfleksikan dan
dianalisis untuk tujuan peningkatan belajar siswa. Refleksi oleh guru pada
praktiknya dapat ditingkatkan oleh observasi lainya.
|
|
Involvement in a development/improvement
process
(Keterlibatan Dalam Suatu Proses Pengembangan/Peningkatan)
|
Pembelajaran orang dewasa lebih
efektif ketika mereka perlu untuk mengetahui atau perlu memecahkan suatu
masalah. Guru perlu untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui
keterlibatan pada proses peningkatan sekolah atau pengembangan kurikulum.
|
|
Training (Pelatihan)
|
Ada teknik-teknik dan
perilaku-perilaku yang pantas untuk ditiru guru dalam kelas. Guru-guru dapat
merubah perilaku mereka dan belajar meniru perilaku dalam kelas mereka.
|
|
Inquiry (Pemeriksaan)
|
Pengembangan profesional adalah
studi kerjasama oleh para guru sendiri untuk permasalahan dan isu yang timbul
dari usaha untuk membuat praktik mereka konsisten dengan nilai-nilai bidang
pendidikan.
|
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan beberapa alternatif
program pengembangan profesionalisme guru, sebagai berikut:
1. Program peningkatan kualifikasi
pendidikan guru
Program ini diperuntukkan bagi guru
yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S-1 untuk mengikuti
pendidikan S-1 atau S-2 pendidikan keguruan. Program ini berupa program
kelanjutan studi dalam bentuk tugas belajar.
2. Program penyetaraan dan sertifikasi
Program ini diperuntukkan bagi guru
yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya atau bukan
berasal dari program pendidikan keguruan.
3. Program pelatihan terintegrasi berbasis
kompetensi
Yaitu pelatihan yang mengacu pada
kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik, sehingga isi
atau materi pelatihan yang akan dilatihkan merupakan gabungan atau integrasi
bidang-bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk
mencapai kompetensi.
4. Program supervisi pendidikan
Di lingkungan sekolah, supervisi
mempunyai peranan cukup strategis dalam meningkatkan prestasi kerja guru, yang
pada gilirannya akan meningkatkan prestasi sekolah.
5. Program pemberdayaan MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah
kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di sanggar maupun di
masing-masing sekolah yang terdiri dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru
mata pelajaran. Dalam MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru
dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik.
Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada
peningkatan keprofesionalan para anggotanya.
6. Simposium guru
Forum ini selain sebagai media untuk
saling sharing pengalaman juga berfungsi untuk kompetisi antar guru, dengan
menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang, misalnya dalam
penggunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau penulisan
karya ilmiah.
7. Program pelatihan tradisional lainnya
Pelatihan ini pada umumnya mengacu
pada satu aspek khusus yang sifatnya aktual dan penting untuk diketahui oleh
para guru, misalnya: CTL (Contextual Teaching and Learning), KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan), Penelitian Tindakan Kelas, penulisan karya ilmiah,
dan sebagainya.
8. Membaca dan menulis jurnal atau karya
ilmiah
Dengan membaca dan memahami isi jurnal
atau makalah ilmiah lainnya dalam bidang pendidikan guru dapat mengembangkan
profesionalismenya. Dengan meningkatnya pengetahuan seiring dengan bertambahnya
pengalaman, guru diharapkan dapat membangun konsep baru, keterampilan khusus
dan alat atau media belajar yang dapat memberikan kontribusi dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah
Konferensi atau pertemuan ilmiah
memberikan makna penting untuk menjaga kemutakhiran ha-hal yang berkaitan
dengan profesi guru. Tujuan utama kebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah
adalah menyajikan berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang
tertentu.
10. Melakukan penelitian (Khususnya Penelitian
Tindakan Kelas)
Penelitian tindakan kelas (PTK) juga
merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru. Berbagai
kajian yang bersifat reflektif oleh guru yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan
dalam melaksanakan tugasnya, dan memperbaiki kondisi dimana praktek
pembelajaran berlangsung akan bermanfaat sebagai inovasi pendidikan.
11. Magang
Dilakukan bagi para guru pemula.
Bentuk pelatihan pre-service atau in-service bagi guru pemula untuk secara
gradual menjadi guru profesional melalui proses magang di kelas tertentu dengan
bimbingan guru bidang studi tertentu. Fokus pelatihan magang ini adalah
kombinasi antara materi akademis dengan suatu pengalaman di bawah supervisi
guru yang senior dan berpengalaman (guru yang lebih profesional).
12. Mengikuti berita aktual dari media
pemberitaan
Penggunaan media pemberitaan secara
selektif yang terkait dengan bidang yang ditekuni guru akan dapat membantu
proses peningkatan profesionalisme guru.
13. Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi
profesi
Organisasi atau komunitas profesional
biasanya akan melayani anggotanya untuk selalu mengembangkan dan memelihara
profesionalismenya dengan membangun hubungan yang erat dengan masyarakat.
14. Menggalang kerjasama dengan teman sejawat
Kerjasama dengan teman seprofesi
sangat menguntungkan bagi pengembangan profesionalisme guru. Banyak hal dapat
dipecahkan dan dilakukan berkat kerjasama, seperti: penelitian tindakan kelas,
berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, dan kegiatan-kegiatan profesional
lainnya.
D. Pengembangan profesionalisasi guru
Menurut danim pengembangan guru
dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam
memecahkan masalah-masalah keorganisasian.
Profesi keguruan mempunyai tugas
utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan dengan hal
ini, bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan
segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan
diberikan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka
profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi
apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan beberapa hal
yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan yaitu :
1) Perkembangan iptek
2) Persaingan global bagi lulusan
pendidikan
3) Otonomi daerah
4) Implementasi kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP)
E. Tantangan dan problematik
pengembangan proesionalisasi guru
Guru merupakan sesorang yang berperan sangat penting dalam
proses pendidikan, disamping faktor-faktor lain seperti sarana prasarana,
biaya, kurikulum, sistem pengelolaan, dan peserta didik sendiri. Apa yang kita
siapkan dalam proses pendidikan berupa saranaprasarna, biaya dan kurikulum,
hanya akan berarti jika diberi arti oleh guru.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan
yang dihadapi oleh proesi keguruan dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaanya
dimata masyarakat . Menurut Dedi supriadi, (1999:104-106) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi yaitu:
1. Kekurangjelasan tentang definisi
profesi keguruan
2. Desakan kebutuhan masyarakat dan
sekolah akan guru
3. Sulitnya standar mutu guru dikendalikan
dan dijaga
4. PGRI belum banyak aktif melakukan
kegiatan-kegiatan yang secara sistematis dan langsung berkaitan dengan
peningkatan profesionalisme guru
5. Perubahan yang terjadi dalam
masyarakat melahirkan tuntutan-tuntutan baru terhadap peran (role
expectation) yang seharusnya dimainkan oleh guru.
F. Mengembangkan
Profesionalisme Guru
Menurut Danim (2011:94) dalam mengembangkan profesi
guru dapat dilakukan melalui berbagai strategi dalm bentuk pendidikan dan
pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, antara lain:
1.
Pendidikan dan pelatihan
a) In-house
training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan
yang dilaksanakan secara internal dikelompok kerja guru, sekolah, atau tempat
lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan
melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam
meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara eksternal,
tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki
oleh guru lain. Dengan srategi ini diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya.
b) Program magang. Program magang
adalah pelatihan yang dilaksanakan didunia kerja atau industri yang relevan
dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru. Program magang ini
diperuntukan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode tertentu, misalnya,
magang disekolah tertentu untuk belajara menejemen kelas atau menejemen sekolah
efektif. Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa
keterampilan tertentu yang memerlukan pengalaman nyata.
c) Kemitraan
sekolah. Pelatihan melalui kemiraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah
yang baik dan kurang baik, antara sekolah negeri dan swasta. Jadi
pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah.
Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan
atau kelebihan yang dimiliki mitra, misalnya, dibidang menejemen sekolah atau
kelas.
d) Belajar
jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu,
melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan
lewat belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru
terutama di daerah terpencil.
e) Pelatihan
berjenjang dan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga
pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai
dari jenjang dasar, menengah, lanjut, dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun
berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus
(spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya
perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.
f)
Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. kursus
singkat dimaksud untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa
kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah,
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.
g) Pembinaan
internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah
dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi
tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan diskusi dengan
teman sejawat.
h) Pendidikan
lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan
alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan
guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas
belajar baik dalam maupun luar negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan
pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu
guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi.
i)
Non-pendidikan dan pelatihan
1. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini
diselenggarakan secara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang
dialami di sekolah.
2. Seminar. Pengikutsertaan guru dalam kegiatan seminar
dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutanbagi
peningkatan keprofesian guru. Kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk
berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal
terkini dalam hal upaya peningkatan kualitas pendidikan.
3. Workshop. Kegiatan ini
dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran,
peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat
dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum,
pengembangan silabus, penulisan rencana pembelajaran.
4. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam
bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen, ataupun jenis lain
dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran
5. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan
ajar yang ditulis oleh guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran, ataupun
buku dalam bidang pendidikan.
6. Pembuatan media pembelajaran. Media
pembelajaran yang dibuat oleh guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum
sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau pembelajaran.
7. Pembuatan karya teknologi/karya
seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya yang bermanfaat
untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang memiliki nilai
estetika yang diakui oleh masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Profesi Guru di Finlandia
Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya
menduduki peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa
karena memang banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk kualitas pendidikan
adalah Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki, dimana
perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini memang begitu luar biasa sehingga
membuat iri semua guru di seluruh dunia.
Peringkat I
dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang
komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA mengukur kemampuan
siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan
hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan
anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya
cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam
masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan
rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya.
Finlandia
tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR
tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai
tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat
dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam
sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan
dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50
jam perminggu.
Kunci kesuksesan
pendidikan di Finlandia. Negara filandia merupakan negara yang berhasil
meningkatkan kualitas pendidikan nomor 1 di dunia hal ini Ternyata kuncinya
memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah
guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru
sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah
fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk
dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa
diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi
lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang
guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh
perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Ini memberi gambaran bahwa di
finlandia profesi guru merupakan profesi yang paling terhormat dan begengsi .
Dengan kualitas
mahasiswa yang baik dan pendidikan serta pelatihan guru yang berkualitas tinggi
tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang
tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode
kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri,
dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa
ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas
pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang
menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita
cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di Finlandia.
Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada
usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di
perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Dengan sistem
seperti ini Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak
Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka
sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan
kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas.Guru tidak harus
selalu mengontrol mereka.
Siswa didorong
untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang
mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri
informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal
menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Disini guru tidak mengajar dengan
metode ceramah, Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah.
Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan
menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.
Siswa yang
lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia
sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil
perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang
terbaik menurut OECD.
Remedial
tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk
memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku
siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan
tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian
datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan
tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat
menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita
mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu.
Dan jika meremeka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap
siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan
hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi
tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga
terhadap dirinya masing-masing.
Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan
diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru
yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui
tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata
seorang guru di Finlanda, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan
pengajaran saya! Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab. Pertanyaan
yang harus di jawab dengan nurani pernakah kita guru di Indonesia beranggapan
seperti itu.
B. Pengembangan Profesi Guru Di Singapura
Di singapura, yang berhasil menjadi guru, lalu tidak
harus santai-santai. Guru dituntut produktif, kreatif dan berkembang. Setiap
sekolah mempunyai teacher’s assessment (penilaian guru). Jika kepala sekolah
sudah menyatakan seorang guru tidak mampu bekerja dan diberhentikan, maka
selesai sudah profesi guru bagi orang tersebut. Karena orang tersebut tidak
akan pernah di terima kerja sebagai guru di sekolah manapun di Singapura.
Bayangkan. Hanya sekali kesempatan menjadi guru.
Jika sudah diberhentikan orang tersebut dapat mencari profesi lain selain guru.
Dari wawancara dengan seorang guru bernama miss Anita, keturunan India, dia
menyatakan, bahwa bekerja menjadi guru di Singapura harus profesional, tidak
bisa seenaknya sendiri. Dulu saya pikir ini terlalu ketat buat guru, ternyata
setelah menjalaninya, manajemen yang sistematis dan teratur malah memantik kami
untuk lebih kreatif dan profesional, sudah bukan merupakan tekanan lagi.
Ada hal yang luar biasa yang berkaitan dengan
profesi guru di sana. Pertama, gaji guru. Saat ini besarnya gaji guru negeri
Singapura per bulannya sekitar 6.000 dollar Singapura (1 dollas Singapura =
6.700 rupiah). Sedangkan untuk guru sekolah swasta bervariatif, namun yang
paling rendah sekitar 1.800 dollar Singapura.
Setiap guru baru maupun guru lama berhak mendapatkan
jatah 100 jam pelatihan yang diadakan oleh pemerintah. Yang lebih hebat lagi,
kepala sekolahlah yang diminta merancang topik atau materi pelatihan untuk
guru-gurunya. Usulan materi itu disetor ke dinas pendidikannya dan dari situlah
dirancang pelatihan secara nasional.
Dari hasil wawancawa dengan seorang kepala sekolah
di Singapura tentang bagaimana caranya dia merancang topik pelatihan untuk
guru-gurunya. Kepala sekolah tersebut mengatakan bahwa di sekolahnya mempunyai
semacam mapping kompetensi gurunya. Saya mempunyai data materi pelatihan apa
saja yang pernah diikuti oleh setiap orang guru. Kita punya petanya. Dan juga
evaluasi pemahaman setiap guru terhadap materi pelatihan. Jika setelah kita
evaluasi seorang guru masih lemah terhadap satu atau dua materi pelatihan maka
saya akan ikutkan lagi pelatihan dengan topik tersebut. Kemudian kita juga
meminta masukan dari guru sebagai self asessment, materi atau topik apa saja
yang mereka ingin perdalam atauu yang ingin mereka ketahui sebagai sesuatu yang
baru. Itu semua saya rancang dan saya serahan sebagai usulan kepada dinas
pendidikan. Mereka nanti menyusun dan menjadwalkan pada waktu yang ditentukan.
Kepala sekolah tersebut akhirnya menyimpulkan bahwa setiap guru yang aktif
mengajar di sekolah tersebut akan mendapat pelatihan 100 jam setiap tahun
dengan topik yang berbeda-beda.
Dari hasil wawancawa dengan seorang guru matematika
tingkat secondary di sekolah Huamin School tentang pelatihan guru apa yang akan
diikut pada semester depan. Dengan serius dia menjawab, materi yang akan
diikuti adalah Management Desk, artinya bagaimana mengatur meja kerja agar
bersih, enak dilihat, malah menimbulkan kreatifitas, dan lain-lain. Betapa
mereka menghargai ilmu, apapun itu topiknya. Mereka tidak sombong. Ketika
ditanya apa ada materi yang anda rasa tidak penting untuk pekerjaan guru.
Mereka menjawab, tidak ada materi yang tidak penting. Semua kami anggap
penting. Kami ingin terus mencari ilmu pada apa saja yang kami belum tahu dan
itu masalah buat kami.
C. Pengembangan Profesi Guru di Cina
- Sistem
Pendidikan China
Ada sebuah hadist mengenai pendidikan, yang dalam
bahasa Indonesia berbunyi: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist
ini muncul satu negara, yaitu negeri Cina. Dari hadist ini timbul pertanyaan,
ada apa dengan pendidikan cina sehingga dapat dijadikan panutan untuk negeri
lain. Dalam buku Muhammad Said dan Junimar Affan (1987: 119) yang berjudul
Mendidik Dari Zaman ke Zaman dikatakan bahwa: “Di negeri Cina pendidikan
mendapat tempat yang penting sekali dalam penghidupan”. Dengan mendapatkan
peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, membuat sistem
pendidikan di Cina meningkat.
Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di
dalam kehidupannya tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai
pendidikan dan pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai
pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem pendidikan
kuno di China.. Permulaan pendidikan Cina kuno mencampai puncak dimulai pada
Dinasti Han, dimana ajaran Kung fu Tse kembali lagi diangkat dan diterapkan
dalam kehidupan masyarakat Cina, yang sebelumnya ajaran ini dibrangus oleh
penguasa sebelumnya.
Masyarakat Cina yang menganggap pendidikan sejalan
dengan filsafat, bahkan menjadi alat bagi filsafat, yang mengutamakan etika
(Muhammad Said dan Junimar Affan, 1987: 119). Anggapan ini membuat pendidikan
di Cina mengiringi kembalinya popularitas aliran filsafat Kung Fu Tse di dalam
masyarakat Cina. Pada masa Dinasti Han banyak melahirkan para sarjana-sarjana
yang kelak akan memimpin negara dan telah membuat Dinasti Han sebagai salah
satu dinasti yang besar dalam sejarah Cina. Sistem pendidikan yang dikembangkan
oleh bekas pengikut-pengikut Kung Fu Tse ini telah melahirkan sebuah golongan
yang terkenal dalam sejarah Cina dan menentukan perjalanan kekuasaan Dinasti
Han, yaitu Kaum Gentry. Kaum gentry merupakan suatu komunitas orang-orang
terpelajar yang telah menempuh pendidikan dan sistem ujian Negara. Sistem
pendidikan yang diterapkan oleh pihak pemerintahan pada saat itu pada awalnya
bertujuan untuk mencari calon-calon pejabat pemerintahan yang beraliran
konfusius. Jenjang pendidikan didasarkan atas tingkatan daerah administrative
pemerintahan. Setiap distrik memiliki sekolah-sekolah, sampai pada akademi di
ibukota kerajaan. Setiap jenjang tersebut diharuskan melewati system ujian yang
terbagi ke dalam tiga tahapan. System ujian ini dinilai sangat berat,
dikarenakan dari banyak orang yang ikut ujian ini hanya beberapa yang berhasil
lulus.
Kekaisaran
dinasti han telah memberikan dasar-daar pada sistem ujian di daratan Cina,
walaupun selanjutnya ada perubahan dan penambahan. Sistem pendidikan ini juga
membawa perubahan pada stratifikasi masyarakat dan pola prestise dalam
masyarakat. System pendidikan yang menghasilkan lulusan-lulusan pelajar secara
alami membentuk kelas baru, yang pada akhirnya menggeser posisi bangsawan dalam
stratifikasi masyarakat Cina. Dan pola prestise dalam masyarakat, dimana
masyarakat tidak lagi sepenuhnya memandang orang dari kepemilikan harta atau
keturunananya, tetapi masyarakat memandang seseorang dari jenjang pendidikan
yang telah ditempunya. Disamping itu, kaum gentry ini diberikan penghormatan
dan penghargaan berupa hak-hak istimewa dari pemerintahan dan masyarakat.
- Kebijakan
Pemerintah cina dalam bidang pendidikan.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis
dalam membangun suatu masyarakat bangsa. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat
mengembangkan masyarakatnya menjadi masyarakat dan bangsa yang maju. Karena
melalui pendidikan akan dapat dikembangkan sumber daya manusia yang berkualitas
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ingin dikembangkanya.
Semua keberhasilan itu, tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh para
pemimpin Cina dalam melakukan reformasi dalam berbagai aspek kehidupan di Cina,
terutama dalam dunia pendidikan.
Cina, dalam beberapa tahun terakhir, berhasil
membuat prestasi yang sangat mengagumkan, yaitu merubah kondisi sosial ekonomi
masyarakatnya, yang tadinya hanya sebagai negara berkembang, yang hanya mampu
menyediakan kebutuhan dasar masyarakatnya, kemudian berubah dan masuk ke tahap
awal menjadi masyarakat yang makmur. Perubahan yang dialami Cina merupakan
perubahan yang sangat berarti. Perkembangan ekonomi dan kemajuan yang dialami
Cina sangat dikagumi dunia dan dihormati oleh banyak kalangan. Keyakinan mereka
membangun bangsa melalui sektor pendidikan terlihat dari upaya ekspansi yang
berkelanjutan yang dilakukan sejak tahun 1980 sampai awal tahun 1990. Selama
periode ini, pendidikan terus mengalami kemajuan secara cepat, dan banyak
inovasi yang historis selama dekade tersebut.
Kemajuan dunia pendidikan yang terjadi di akhir
90-an dan awal 2000 di Cina tidak lepas dari peran dari seorang birokrat yang
memiliki visi dan komitmen yang kuat terhadap dunia pendidikan. Li Lanqing,
yang pada tahun 1993 di angkat menjadi Wakil Perdana Menteri Cina, sekaligus
ditugasi untuk menangani masalah pendidikan di negeri tirai bambu tersebut,
adalah orang yang dianggap berhasil melaksanakan tugasnya mendorong kemajuan
Cina melalui reformasi dalam bidang pendidikan. Li Lanqing sebenarnya bukan
tokoh yang berlatar belakang bidang pendidikan.
Pada tahun 1993, tercatat, guru memiliki gaji yang
rendah dan disadari, kondisi ini akan berpengaruh terhadap kinerja dan
profesionalitas guru dalam melaksanakan tugasnya. Bagaimana dapat menuntut guru
melaksanakan tugas dengan optimal, kalau dirinya menghadapi masalah dengan
kesejahteraan diri dan keluarganya. Pada tahun 1989, dana dari negara untuk
pendidikan hanya 9,4 milyar yuan. Dengan dana sebesar itu, tidak banyak yang
bisa dilakukan untuk mengembangkan dunia pendidikan, yang harus melayani
masyarakat lebih dari satu milyar orang. Li Lanqing memandang bahwa yang
bertanggung jawab menyediakan pendidikan yang layak adalah pemerintah.
Pendidikan dasar, khususnya untuk wajib belajar, sangat tergantung pada alokasi
dana dari pemerintah. Demikian juga dengan pembiayaan pengembangan
infrastruktur untuk pendidikan keterampilan dan pendidikan tinggi, sangat
bergantung pada dukungan dana dari pemerintah. Hanya permasalahannya adalah
semua itu harus diatur dengan undang-undang.
Beberapa inovasi lain telah digulirkan Cina adalah,
diberlakukannya wajib pendidikan dasar 9 tahun dan penghapusan buta huruf bagi
anak muda dan setengah baya. Inovasi ini berhasil meningkatkan tingkat
pendidikan nasional secara berarti. Pendidikan tinggi dikembangkan secara cepat
dengan beberapa perubahan awal, diantaranya pembelajaran dikembangkan dengan
menekankan pada peningkatan kualitas siswa, seperti mengembangkan karakter
siswa sebagaimana penguasaan pengetahuan (kognisi). Penggunaan teknologi
informasi dalam pendidikan juga telah berhasil mendorong mempercepat
moderinisasi. Kompensasi, kesejahteraan dan status sosial guru telah banyak
dikembangkan, dan membuat profesi tersebut mendapat respek dan penghormatan
dari masyarakat. Pendidikan swasta berkembang dengan cepat. Hal ini ditandai
dengan banyak jenis sekolah dibangun. Pertukaran pendidikan dan kerja sama
dengan negara lain secara aktif dan luas telah memperkuat daya saing/kompetisi
di dunia.
Pada dekade
terakhir, sejumlah permasalahan besar telah terpecahkan. Total dana pendidikan
nasional telah mencapai rata-rata 20% per tahun, dan mencapai 548 milyar yuan
pada tahun 2002, lima kali lebih banyak dibanding tahun 1993. Di akhir abad 20,
wajib pendidikan dasar 9 tahun telah mendekati universal dan remaja dan
orang-orang setengah baya telah bebas dari buta huruf, sementara pendidikan
menengah telah meningkat dengan sangat pesat. Sejak tahun 1999, institusi
pendidikan tinggi telah mengerahkan banyak siswa setiap tahunnya hingga tahun
2002. Terdapat 16 juta siswa di jenis pendidikan tinggi yang berbeda.
Berdasarkan statistik UNESCO terakhir skala pendidikan tinggi Cina adalah
terbesar di dunia. Selama sepuluh tahun perubahan dan pengembangan secara
keseluruhan telah menciptakan suatu pemandangan pendidikan baru di Cina.
Untuk mengembangkan pendidikan karakter tersebut,
maka Li Lanqing melakukan reformasi pada kurikulum, buku teks, dan sistem
evaluasi dan testing. Kurikulum sekolah dikembangkan sesuai dengan potensi yang
dimiliki anak; kurikulum diarahkan untuk memfasilitasi semua potensi yang
dimiliki anak agar berkembang secara optimal, melaksanakan pembelajaran yang
berorientasi pada siswa melalui diskusi, mendorong pada pengembangan berfikir
inovatif, dan pembelajaran yang berkualitas.
Untuk mengembangkan kompetensinya, guru di Cina
dituntut harus mempunyai beberapa kemampuan yakni:
- Kemampuan
menguasai bahan.
- Kemampuan
mengelola program belajar mengajar.
- Kemampuan mengelola kelas.
- Kemampuan menggunakan media.
- Kemampuan
menguasai landasan-landasan pendidikan.
- Kemampuan
menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.
- Kemampuan
mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
- Kemampuan menyelenggarakan administrasi
sekolah.
- Kemampuan
memahami prinsip-prinsip guna keperluan pengajaran.
Untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tersebutut, guru dicina diberikan kesempatan seluas-luasnya
untuk mengembangkan kompetensinya baik secara individu maupun secara kelompok.
Pemerintah cina sangat merespon jika ada guru yang berhasil melakukan inovasi
dalam bidang pendidikan, pemerintah tidak tanggung-tanggung akan memberikan
kesempatan tambahan penghasilan bagi guru yang berprestasi.
Berikut dalam makalah ini penulis mencoba membagi
informasi mengenai pretasi Cina khusunya daam bidang matematika yang merupakan
gambaran betapa tingginya kualitas pendidikan di Negara itu.
Sejak pertama kali mengikuti Olimpiade Matematika
Internasional (International Mathematical Olympiad) tahun 1985 di Joutsa,
Finlandia sampai dengan IMO tahun 2008 di Madrid, Spanyol, siswa-siswa sekolah
menengah dari Cina telah berhasil mengumpulkan 101 medali emas, 26 perak dan 5
perunggu. Bandingkan dengan Indonesia yang sampai sekarang baru berhasil
mendapat 3 medali perak dan 12 perunggu sejak pertama kali ikut IMO tahun 1988
diCanbera Australia.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa-siswa
Cina menjadi sangat luar biasa dalam IMO? Yang paling utama adalah sistem
pendidikan di Cina yang dapat membuat siswa sangat tertarik dengan matematika
dan dapat mengidentifikasi siswa-siswa yang potensial dalam bidang tersebut.
Dalam hal inilah Cina sangat unggul.
Guru-guru matematika di Cina tidak memerlukan banyak
pelatihan dalam pengembangan profesinya, tetapi mereka sangat spesialis dan mau
bekerja keras dalam mendalami profesinya. Faktor lain yang sangat berpengaruh
adalah banyak sekali guru matematika di Cina yang menggemari dan menggeluti
kompetisi matematika. Cina mempunyai jaringan pelatih khusus untuk kompetisi
matematika di seluruh negeri yang dapat mengidentifikasi dan membimbing
siswa-siswa yang berbakat matematika.
Setiap tahun lebih dari 10 juta siswa sekolah
menengah di Cina yang berpartisipasi dalam kompetisi matematika. Menurut Zuming
Feng (team leader tim IMO Amerika Serikat) yang dilahirkan dan dibesarkan di
Cina sebelum berimigrasi ke Amerika Serikat, di Cina terdapat banyak sekali
guru matematika sekolah menengah di Cina yang mengabdikan profesinya khususnya
dalam kompetisi matematika.
Kemampuan
matematika yang mendalam juga menjadi syarat dalam ujian masuk perguruan tinggi
di Cina. Soal ujian tersebut selalu terdiri dari tiga atau lima soal matematika
yang berbentuk pembuktian. Sebagai akibatnya siswa-siswa Cina sudah terbiasa
menghadapi soal-soal matematika level olimpiade. Faktor terakhir adalah sistem
pembinaan yang sangat keras untuk menghadapi IMO. Meskipun tidak melalui model
pelatihan jangka panjang, siswa-siswa yang mewakili Cina di IMO paling sedikit
harus melewati sepuluh tes yang selevel dengan IMO.
Keberhasilan dalam bidang matematika diatas, bukan
merupakan satu-satunya prestasi yang ditorehkan oleh negara tirai bambu, akan
tetapi masih banyak prestasi-prestasi lain yang di torehkan cina dalam bidang
pendidikan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari kerja keras semua
elementerkait terutamadan juga tenaga pengajar dalam hal ini guru, sangat
menyadari aka guru yang menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya serta
berusaha mengembangkan kompetensi yang di milikinya.
D. Pengembangan Profesi Guru di Jepang
Salah satu agenda reformasi pendidikan di jepang
adalah peningkatan kualitas tenaga pendidik di tingkat pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Dalam rencana reformasi yang di susun National Comission
of Edicational Reform (NCER) yang di tuangkan dalam “The Raibow Plan” Pada
tahun 2001, Poin ke-5 menyatakan bahwa tenaga guru yang profesional dihasilkan
melalui beberapa cara, diantaranya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian
penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga suasana kerja ysng
kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurag
cakap dibidangnya.
Sebagai bentuk pelaksanaan keputusan tersebut,
Central Educational council mengeluarkan kebijakan berupa”shin kyouka seido”
(sistem evaluasi guru yang baru) pada tahun 2002 dan “kyouinmenkyou koushin
seido” (pembaharuan sertifikasi mengajar) Pada tahun 2006. Menteri pendidikan ,
olahraga, Budaya, sains dan teknologi (MEXT) Selanjutnya menyusun peraturan
pelaksanaannya, dan pada tahun 2005 sekitar 88% prefektur telah telah
menerapkannya (Hayo, 2006).
Ada dua poin yang tersirat dalam kedua kebijakan
tersebut yaitu, perlinya mengembangkan sistem evaluasi guru dan uji kelayakan
terhadap sistem sertifikasi yang selama ini berjalan. Kebijakan ini sekalipun
mendapa protes dari kalangan pendidik terutama yang tergabung dalam Teacher
Union, tetapi evaluasi guru telah diterapkan di hampir semua prefektur.
Sedangkan kebijakan pembaruan lisensi mengajar masih dalam tahap sosialisasi.
Pengaruh dalam bidang pengelolaan tenaga
kependidikan utamanya terlihat dalam kebjakan evaluasi guru, sertifikasi guru,
sistem penggajian guru, dan kualifikasi tenaga pendidikan yang menjadi semakin
ketat.
Untuk
menjamin bahwa guru-guru memiliki kemampuan dasar yang standar sebagai tenaga
pengajar, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban akan kualitas pendidikan yang
terjamin kepada pihak konsumen, maka sertifikasi guru di berlakukan di berbagai
negara sejak bebrapa dekade yang lalu.
Pentingnya sertifikasi guru di jepang mencuat pada
masameiji saat di keuarkannya UU tentang tentang tenaga kependidikan pada tahun
1849 (Law for certifikation of education Personnel). Perundingan ini mengalami
revisi beberapa kali hingga pada tahun 1988. Kobayashi (1993) menjelaskan bahwa
perundangan ini menunjukan bahwa pemerintahan yang bersifat sentralistik masih
berpengaruh kuat di bidang pendidikan. Kebijakan tentang pengembangan guru
diatur secara hukum oleh kemetrian pendidikan dan dilaksanakan secara top-down
oleh lapisan administratur di bawahnya.
Penerapan kebijakan evaluasi guru yang dibebankan kepada
Kyouikuiinkai atau the Board of education yang da disetiap prefektur, dan
pemantauan langsung oleh MEX, menyebakan kebijakan ini di anggap tidak mengakar
Evaluasi guru di perlukan sebagai parameter untuk
mengukur pencapauan prestasi kerja guru, sekaligus sebagai titik tolak
pengembangan program pendidikan guru selanjutnya. Evaluasi guru jua merupakan
bagian dari siklis keprofesionalan seseorang ketika dia memutuskan untuk
menerjuni profesi guru.
Terlepas dari tujuan aslinya untuk meningkatkan
kualitaspendidikan disekolah, kebijakan evaluasi guru juga diwarnai unsur
politik yang melbatkan birokrat dan pertikaian patai.
- Berikut
model dan pendekatan Evaluasi guru di jepang
Penilaian dalam sistem evaluasi guru yang lama
(kinmuhyoutei) dilakukan berdasarkan hasil penilaian atasan atau kepala sekolah
saja, sehingga keobjektivan dan kebenaran penilaian tidak dapat
diperyanggungjawabkan. Olehnya itu banyak pihak yang menentag metode ini
termasuk teacher union.
Sistem evaluasi guru yang baru memilikim karakteristik
yaitu penilaian didasarkan pada dua komponen, Self-evaluation (jikohyouka)atau
evaluasi mandiri dan penilaian dari kepala sekolah.
Penilaian mandiri bertujuan untuk mendorong guru
untuk memiliki komitmen terhadap rencana dan tujuan yang di tuliskannya, sekaligus
untuk membantu guru memahami letak kekurangan dan kelebihan atau potensi
dirinya yang perlu di perbaiki atau dikembangkan.
Adapun penilaian terhadap kualitas guru oleh kepala
sekolah dan wakilnya berimbas kepada penentuan gaji, pengembangan karir dan jga
moral guru. Yaitu bahwa guru-guru yang mendapatkan penilaian kurang baik akan
berusaha untuk memperbaiki diri dan kualitas kerjanya.
Berdasarkan laporan dari komite pemeriksa sistem
evaluasi guru prefektur nagano, disebutkan bahwa ada beberapa poin yang ditentukan
sebagai target penilaian yaitu:
- Penilaian
berdasarkan kualifikasi akademik guru, dan kegiatan mengajar di dalam
kelas berdasarkan petunjuk pengajaran yang dikeluarkan MEXT
- Pembimbingan
dan pembinaan kepada siswa berupa pengarahan tentang perkebangan siswa dan
kebiasaan sehari-hari serta penaganan kelas. Dalam hal ini setiap guru
diharuskan untuk memahami jiwa anak, sikap, prilaku dan perkembangan
jasmani dan rohaninya, serta mampu mengarahkannya kepada kebiasaan belajar
dan semangat hidup.
- Kemampuan
mengrahkan siswa berdasarkan kemampuanny, bakat dan kemampuan akademiknya,
baik secara pribadi maupun bekerja sama dengan keluarga anak.
- Kemampuan
membina anak untu bekerja sama dalam kegiata atau event khusus diluar jam
pelajaran disekolah.
- Peran
guru dalam menjemen sekola, kemampuan bekerja sama dengan teman sejawat,
memahami dan berusaha untuk mencapai tujuan sekolah.
- Kemampian
guru untuk membina kerja sama dengan orang tua murid dan komponen masyarakat.
- Semangat
dan motivasi guru untuk mengembangkan diri dan meningkatkan potensi
melalui kegiatan penelitian dan training.
2.
Sertifikasi guru di
jepang
Bagaimana sistem sertiikasi itu diterapkan? Berbeda
dengan diIndonesi, sertifikasi guru di jepang melalui sistem perkuliahan dengan
kurikulum baku dan tes Sedangkan di Indonesia, Pemerintah dengan maksud menekan
anggaran dan memudahkan para guru untuk memperoleh sertifikat menerapkan sistem
portofolio.
Berdsarkan peraturan sertfikasi tenaga pendidik
tahun 1998, setiap calon guru harus menjalani pendidikan guru di universitas
atau sekolah tinggi yang telah diakreditas Oleh MEXT. Pada tahu 2003 terdapat
85 % Universitas diepang telah memperoleh akreditasi untuk menyelenggarakan
pendidikan guru.
Tahun 2003 sebanyak 60% guru SD adalah lulusan
pendidikan keguruan yang dikelola oleh universitas, akademi atau sekolah tingi,
sedangkan 60% guru SMP dan 80% guru SMA adalah lulusan universitas non
kependidikan.
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Dalam melaksanakan tugasnya, para guru di finlandia
sangat menjujung tinggi profesionalime. Mereka selalu berusaha mengajarkan
siswanya untuk bertanggungjawab terhadap tugas belajarnya. Guru difinlandia
tidak mengharuskan siswanya menjawab dengan benar soal yang diberikan oleh
gurunya, yang terpenting mereka bertanggungjawab terhadap tugas belajarnya.
Disingapura kepala sekolah di berikan kesempatan
untuk merancang topik pelatihan bagiguru-gurunya. Selain itu setiap guru baru
maupun guru lama berhak mendapatkan jatah 100 jam pelatihan yang diadakan oleh
pemerintah.
Untuk mengembangkan kompetensinya, guru di Cina
dituntut harus mempunyai beberapa kemampuan yakni:
1.
Kemampuan menguasai bahan.
2.
Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
3.
Kemampuan mengelola kelas.
4.
Kemampuan menggunakan media.
5.
Kemampuan menguasai landasan-landasan pendidikan.
6.
Kemampuan menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.
7.
Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
8.
Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah.
9.
Kemampuan memahami prinsip-prinsip guna keperluan pengajaran.
Salah satu agenda reformasi
pendidikan di jepang adalah peningkatan kualitas tenaga pendidik di tingkat
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam rencana reformasi yang di susun
National Comission of Edicational Reform (NCER) yang di tuangkan dalam “The
Raibow Plan” Pada tahun 2001, Poin ke-5 menyatakan bahwa tenaga guru yang
profesional dihasilkan melalui beberapa cara, diantaranya dengan pemberlakuan evaluasi
guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga
suasana kerja ysng kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan
bagi guru yang kurag cakap dibidangnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamzah B. Uno 2014. Profesi
Kependidikan: Problem, solusi dan reformasi pendidikan di Indonesia. Bumi
Aksara. Jakarta.
Sutarsih, cicih,. 2006.
Pengembangan Profesi Guru SD. Bandung: UPI PRESS
http://www.ilmupendidikan.net






0 komentar:
Posting Komentar